RSS
Facebook
Twitter

Minggu, 24 Februari 2013


Peringatan Nabi Muhammad tentang Bencana Agama

Rasulullah SAW pernah bersabda :

افة الدين ثلاث : فقيه فاجر و امام جا ىْر ومجتهد جاهل

Yang artinya :

"Bencana agama ada tiga: ahli fiqih yang sering melakukan dosa, pemimpin yang lacut, dan seorang mujtahid yang bodoh."

Penjelasan :

Ada tiga hal yang bisa menghancurkan agama,yaitu : 

Pertama, seorang ahli fiqih yang sering melakukan dosa, jika seorang ahli fiqih yang notabene mengerti akan hukum Islam masih sering melakukan maksiat, maka bisa dipastikan hal ini akan merusak agama Islam.
Kedua, Seorang pemimpin yang lacut atau mengkhianati rakyat, pada saat ini sudah banyak pemimpin yang tidak dengan sungguh-sungguh menjalankan amanahnya sebagai seorang pemimpin dengan baik dan malah mengkhianati amanah tersebut. Walaupun Indonesia bukanlah sebuah negara Islam, tetapi selama kita sebagai orang Islam bisa beribadah dengan tenang dan agama Islam masih diakui di negara ini, tidak usahlah kita menuntut lebih, apalagi sampai ingin menggulingkan pemerintahan saat ini untuk mendirikan pemerintahan berbasis agama Islam. Tetapi jika terdapat seorang pemimpin yang tidak menjalankan amanahnya dengan baik, itu bisa menjadi suatu hal yang sangat berbahaya dan berdampak pada stabilitas nasional, bahkan jika negara itu adalah negara superpower maka dampaknya bisa meluas ke negara lain bahkan bisa sampai seluruh dunia. Maka dari itu, pemimpin yang lacut haruslah dibasmi.
Dampaknya bagi pemeluk agama juga pasti ada, dan itu bisa jadi penyebab hancurnya agama Islam di suatu negara.
Yang ketiga yaitu mujtahid yang bodoh. Mujtahid adalah seorang yang mencurahkan segala kemampuan yang dimiliki terutama kemampuan berfikirnya untuk bisa menentukan hukum Islam. Tidak semua orang bisa menjadi seorang mujtahid. Banyak syarat yang harus dimiliki seseorang sehingga dia layak disebut seorang mujtahid.

Syarat-syarat seseorang bisa berijtihad:

11.       Mengetahui isi al-Qur’an dan hadis yang bersangkutan dengan hukum itu meskipun tidak hafal diluar kepala
22.       Mesti mengetahui bahasa Arab dari segi sintaktis dan filologinya, seperti nahwu, sharaf, ma’ani, bayan, dan badi’ agar dapat menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an atau sunah dengan cara berpikir yang benar
33.       Mesti mengetahui ilmu Ushul Fiqih dan kaidah-kaidah fiqih yang seluas-luasnya karena ilmu ini sebagai dasar berjtihad
44.       Mesti mengetahui soal-soal ijtima’ agar tiada timbul pendapat yang bertentangan dengan ijma’ itu
55.       Mengetahui nasikh-mansukh dari al-Qur’an dan sunah
66.       Mengetahui ilmu riwayat dan dapat membedakan hadis yang sahih dan hasan, yang dhaif, yang makbul, dan yang mardud
77.       Mengetahui rahasia-rahasia tasyri’ (ashrarusy syari’ah), yaitu kaidah-kaidah yang menerangkan tujuan syara’ dalam meletakkan beban taklif kepada mukallaf
88.       Memiliki sifat takwa dan mu’ruah (harga diri), tidak takabur dan menjauhi segala larangan Allah SWT.
Jadi tidak semua orang bisa menjadi seorang mujtahid, hanya mereka yang telah memnuhi syarat-syarat tersebut yang bisa.

Rabu, 20 Februari 2013


Definisi Orang Berakal Menurut Nabi Muhammad SAW


Definisi orang berakal menurut Rasulullah SAW adalah mereka yang taat pada Allah SAW, beliau mengutarakannya pada sabda beliau,
ابن ادم : اطع ربك تسم عا قلا, ولاتعصهفتسمى جاهلا

Yang artinya :

"Hai anak adam, taatlah pada tuhanmu(Allah), maka kau adalah orang berakal, dan jika kau tidak taat, maka kau adalah orang yang bodoh."

Dari hadits di atas dapat kita simpulkan bahwa taat kepada Allah adalah harga mati jika kita ingin disebut sebagai manusia yang memiliki akal. Taat disini yaitu taat pada segala perintah Allah SWT, dan secara otomatis menjauhi segala larangan yang telah dibuat-Nya.


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terbaik, karena memiliki akal pikiran. Tetapi dari hadis di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa memiliki akal pikiran pun tidak bisa serta merta disebut oleh Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang berakal secara agama.
Semoga hadis di atas bisa menjadi acuan kita untuk selalu berupaya menjadi seorang yang berakal secara agama.

Selasa, 19 Februari 2013

Peringatan Rasul tentang Bencana Ilmu


PeringatanRasultentangBencanaIlmu

Rasulullah SAW telah memperingatkan kita tentang adanya bencana ilmu dalam sabda beliau :
افة العلم النسيان, واضاعته ان تحدث به غير اهله

Yang artinya :

Bencana ilmu adalah lupa, dan menyia-nyiakan ilmu dengan membicarakannya dengan yang bukan ahlinya / bukan bidangnya.

Penjelasan :

Dalam hadis ini Rasulullah SAW memperingakan kita akan bencana ilmu yaitu lupa, memang manusia itu tempatnya salah dan lupa, dan kedua hal ini sangat lazim dimiliki oleh seorang manusia seperti sabda Nabi SAW,
الانسان محال الخطاْ والنسيان

Yang artinya :

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa
Tetapi masalah lupa ini bisa dikurangi dengan beberapa cara, mulai dari cara yang ilmiah sampai tuntunan dari para Ulama yang mengambil dari tafsir Qur’an dan belum bisa di buktikan secara ilmiah  oleh manusia dikarenakan keterbatasan kemampuan berfikir manusia awam.
Selanjutnya adalah menyia-nyiakan ilmu. Hal yang disebut menyia-nyiakan ilmu dalam hadis ini adalah membicarakan atau mendiskusikan suatu ilmu dengan orang yang bukan merupakan ahli ilmu tersebut. Hal ini bisa kita telaah dengan logika. Memang akan sia-sialah suatu ilmu pengetahuan jika kita mendiskusikannya dengan seseorang yang bukan bidangnya, bukan ahlinya.

Berikut adalah beberapa kiat menjaga ingatan agar kita tidak cepat lupa menurut tuntunan beberapa ulama.

Jangan Tergesa-Gesa


Nabi Muhammad SAW pernah bersabda :

اتاْن من الله والعجلة من الشيطان


artinya :

"Pelan-pelan itu datangnya dari Allah SWT, sedangkan terburu-buru itu datangnya dari syaitan."

Penjelasan :

Janganlah kita merasa terburu-buru dalam melakukan sesuatu, karena terburu-buru itu datangnya dari setan dan biasanya jika kita terburu-buru dalam melakukan sesuatu, maka hasilnya tidak akan seperti apa yang kita harapkan. Dan kita pasti akan menuai penyesalan, baik itu penyesalan ringan ataupun penyesalan yang berat dan tak kunjung hilang.
Jika memang kita sedang dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk bersantai, maka usahakan untuk melakukan sesuatu dengan sangat hati-hati. Dan bila kita merasa menyesal karena hasil dari pekerjaan kita kurang memuaskan, janganlah menuduh orang lain, atau pun mencari alasan agar kita tidak terlalu disalahkan. Tetapi usahakanlah untuk mengintrospeksi diri kita sendiri, mencari sebab-musabab mengapa hasil pekerjaan kita kurang memuaskan dan membuat kita menyesal. Karena segala hal yang kita lakukan pasti akan berdampak pada diri kita sendiri. Allah SWT telah memperingatkan kita akan hal ini dalam al-Qur'an, "Kamu adalah imam bagi dirimu sendiri dan akan dimintai pertanggung jawaban atas segala hal yang kamu lakukan."

Senin, 18 Februari 2013

Para Ulama Telah Menjelaskan Kepada Kita Beberapa Kiat Menjaga Ingatan Agar Tetap Kuat dan Tidak Mudah Lupa

Imam Syafi'i, salah satu mujtahid empat madzhab dalam ajaran Islam Sunni yang madzhabnya dipakai oleh sebagian besar kaum muslim di Indonesia pernah bertanya kepada gurunya, "Guru, mengapa hafalan saya jelek sekali?". Sang guru menjawab, "Dekatkanlah dirimu kepada Allah SWT, jauhilah maksiat, jaga pandanganmu, jadikan al-Qur'an sebagai wirid, hormatilah kitabmu(ilmu), hormatilah gurumu."

Perlu anda ketahui Imam Syafi'i memiliki sifat sangat rendah diri dengan menyebutkan bahwa Beliau memiliki hafalan yang jelek, padahal menurut beberapa riwayat, Imam Syafi'i memiliki hafalan dan pemahaman yang sangat baik dalam bidang ilmu Fiqih. Hal ini dibuktikan dengan tuntasnya hafalan al-Qur'an beliau, ketika beliau masih berumur tujuh tahun dan hafal di luar kepala kitab-kitab karangan guru beliau ketika beliau berumur 14 tahun. Bahkan ada satu riwayat yang menyebutkan bahwa jika Beliau membaca suatu halaman dalam satu kitab, maka halaman lain harus ditutup. Jika tidak, maka halaman lain yang isinya belum akan dipelajari akan ikut hafal. Dari riwayat ini, bisa disimpulkan bahwa beliau memiliki hafalan yang sangat kuat, karena sekali membaca, bahkan hanya sekali melihat beliau bisa menghafalkannya.

Dalam kitab Ta'limul Muta'alim, karangan Syaikh Azzarnuji, disebutkan bahwa jika kita ingin hafalan kita kuat, maka kita harus bisa menjaga pandangan, lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, menjauhi ma'siat, jangan terlalu lama memandang kendaraan atau orang lewat di jalan, tidak membaca nama pada nisan kuburan, dll.

Semoga kita diberi ingatan yang kuat oleh Allah SWT. Karena lupa merupakan bencana ilmu.

Peringatan Rasul tentang Bencana Ilmu


Peringatan Rasul tentang Bencana Ilmu


Rasulullah SAW telah memperingatkan kita tentang adanya bencana ilmu dalam sabda beliau:
افة العلم النسيان, واضاعته ان تحدث به غير اهله

Yang artinya :

"Bencana ilmu adalah lupa, dan menyia-nyiakan ilmu dengan membicarakannya dengan yang bukan ahlinya/bukan bidangnya."

Penjelasan :

Dalam hadis ini Rasulullah SAW memperingakan kita akan bencana ilmu yaitu lupa, memang manusia itu tempatnya salah dan lupa, dan kedua hal ini sangat lazim dimiliki oleh seorang manusia seperti sabda Nabi SAW,
الانسان محال الخطاْ والنسيان

Yang artinya :

"Manusia adalah tempatnya salah dan lupa."

Tetapi masalah lupa ini bisa dikurangi dengan beberapa cara, mulai dari cara yang ilmiah sampai tuntunan dari para Ulama yang mengambil dari tafsir Qur’an dan belum bisa di buktikan secara ilmiah oleh orang awam karena keterbatasan kemampuan berfikir manusia.
Selanjutnya adalah menyia-nyiakan ilmu. Hal yang disebut menyia-nyiakan ilmu dalam hadis ini adalah membicarakan atau mendiskusikan ilmu dengan orang yang bukan merupakan ahlinya. Hal ini bisa kita telaah dengan logika. Memang akan sangat sia-sialah suatu ilmu pengetahuan jika kita mendiskusikannya dengan seseorang yang bukan bidangnya, bukan ahlinya.

Berikut adalah beberapa kiat menjaga ingatan menurut tuntunan beberapa Ulama, kiat menjaga ingatan


Anjuran Nabi Muhammad SAW

Anjuran Nabi Muhammad SAW Tentang Bertakwa kepada Allah SWT

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, yang artinya 
"Takutlah pada Allah dimanapun engkau berada dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menutupinya, dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik."

H.R. At-Tabrani dari Abi Dzar.

Penjelasan :


Dalam hadis ini Rasulullah memerintahkan pada kita untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT dimanapun kita berada, karena dimanapun kita berada, Allah SWT selalu melihat dan mengawasi kita.
Dalam hadits ini pula dianjurkan kepada kita untuk melakukan perbuatan baik setelah kita menyadari kita telah berbuat suatu hal yang kurang baik menurut Allah SWT, karna kita dijanjikan bahwa perbuatan baik itu dapat menghapus perbuatan buruk yang telah kita lakukan.
Dan juga kita diperintahkan oleh nabi Muhammad SAW untuk selalu berakhlak baik kepada sesama manusia. 


sumber : kitab mukhtarul ahadits annabawiyyah karangan syeh achmad al-hasyimi